Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen Pada Kurikulum Merdeka
Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen Pada Kurikulum Merdeka |
Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen Pada Kurikulum Merdeka. Apa yang dimaksud prinsip pembelajaran dan asesmen pada kurikulum Merdeka? bagaimana prinsip pembelajaran pada kurikulum Merdeka? bagaimana prinsip asesmen pada kurikulum Merdeka?
Pengertian prinsip
pembelajaran dan asesmen dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang melandasi kebijakandan
praktikterkait pembelajaran dan asesmen di kelas. Bukan pendekatan atau teknik konkrit
dalam mengajar dan melakukan asesmen. Penerapannya bisa beragam sesuai dengan kondisi
atau konteks. Guru perlu memahami prinsip-prinsip yang melandasi pembelajaran dan asesmen, bukan sekadar
perilaku yang diharapkan; misalnya ketika menggunakan rubrik, guru perlu tahu mengapa
instrumen tersebut dan digunakan dalam asesmen.
Dalam konsep merdeka
belajar, Proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik yang
memiliki gaya belajar, potensi serta minat yang beragam. Belajar yang
melibatkan pelajar dalam penentuan
tujuan, memberi pilihan cara, dan melakukan refleksi terhadap proses dan hasil
belajar. Pendekatan yang diperhatikan dalam merdeka belajar diantaranya:
•
peserta didik merancang/ mengatur diri
tujuan, alur dan penerapan pembelajaran (self
directed/regulated learning).
•
Personalisasi pengalaman belajar termasuk
konten, model pembelajaran, asesmen dan moda penerapan pengetahuan (personalized learning).
•
Penyesuaian pembelajaran secara individu (individualized learning).
Apa saja prinsip pembelajaran pada kurikulum sekolah
penggerak ? Adapun prinsip pembelajaran pada kurikulum Merdeka
yang mengedepan konsep merdeka belajar adalah:
1.
Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat
pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan
karakteristik dan perkembangan yang beragam sehingga pembelajaran menjadi
bermakna dan menyenangkan.
•
Mendukung terbentuknya kesejahteraan (well
being) peserta didik, antara lain
a) Peserta
didik diberikan penanaman karakter, pengetahuan, dan kompetensi sebagai bekal hidup
di masyarakat dan sukses / sejahtera dalam hal yang berarti untuk mereka.
b) Selain
itu, dengan peserta didik belajar sesuatu yang sesuai dengan tingkat perkembangan
dan pencapaian mereka, maka: 1) tidak akan mudah merasa cemas karena mereka tahu
mereka bisa memenuhi tuntutan pembelajaran dari guru; dan 2) merasa aman dan nyaman belajar di sekolah.
c) Kesejahteraan
psikologis yang baik berbanding lurus dengan keberhasilan akademik peserta didik
dan semangat mereka untuk bersekolah.
•
Menghargai dan menghormat ihak peserta didik untuk
belajar
a) Setiap
peserta didik memiliki hak untuk belajar dan mendapatkan pengajaran yang layak,
baik anak yang masih kurang baik hasil belajarnya maupun anak yang cerdas dan
berbakat memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan pendidikan yang bermutu di sekolah.
b) Dengan
menyusun pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan
peserta didik, kita menghargai, menghormati, dan memenuhi hak mereka untuk
belajar.
•
Menyenangkan dan bermakna
a) Pembelajaran
yang bermakna adalah pembelajaran yang dipahami utuh oleh peserta didik
(memahami keterhubungan antar tiap potongan pengetahuan kedalam keseluruhan
konsep yang utuh) dan dapat menghubungkannya dengan kehidupannya sehingga akan
terus bermanfaat bagi mereka.
b) Menyertakan
kegiatan bermain dalam pembelajaran (gamification) adalah salah satu cara meningkatkan
motivasi belajar peserta didik, membuat pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan
bagi mereka, dan meningkatkan pencapaian akademik mereka.
•
Inklusif
Mempertimbangkan
tingkat perkembangan dan kebutuhan setiap peserta didik berarti tidak ada satupun
anak yang tertinggal. Baik mereka yang masih kurang hasil belajarnya, maupun mereka
yang cerdas sama-sama mendapatkan manfaat pedagogis dari proses pembelajaran di
kelas. Baik mereka yang aktif di kelas maupun mereka yang pasif sama-sama mendapatkan
kesempatan yang sama untuk belajar dan berekspresi di kelas. Begitu pula dengan peserta didik yang
berkebutuhan khusus. Singkatnya, semua anak dari latar belakang apapun mendapatkan
kesempatan yang sama untuk belajar dan meningkatkan kemampuan akademik mereka.
2. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.
•
Menanamkan growth-mindset
Peserta
didik yang memiliki growth mindset yang kuat akan terus berupaya untuk bisa menguasai
apa yang sedang dipelajari, bukan sekedar mendapatkan nilai yang baik. Dengan growth
mindset yang kuat, peserta didik akan mengatribusikan kegagalan mereka pada kurangnya
upaya mereka, bukan pada kurangnya bakat mereka. Selain itu, growth mindset
berbanding lurus dengan motivasi belajar. Semakin kuat growth mindset mereka,
semakin tinggi motivasi mereka untuk terus belajar, dan semakin tangguh mereka saat
mereka menghadapi berbagaitan tangan akademik.
•
Mendorong kemampuan pelajar mengelola pembelajarannya
secara mandiri (self-regulated)
Guru
menerapkan berbagai strategi pengajaran yang bisa melibatkan semua siswa untuk aktif
dalam pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran yang harus diterapkan oleh
guru adalah mendorong peserta didiknya untuk terus menemukan cara untuk belajar
mereka sendiri agar bisa mengelola pemelajaran mereka secara mandiri (self-regulated learning). Dalam konsep belajar
mandiri, peserta didik bertanggung jawab untuk mengelola upaya, pendekatan dan strategi
belajarnya agar bisa mencapai tujuan mereka.
•
Adanya self danpeer assessment
Guru
perlu memberitahu sejak awal apa yang diharapkan dari para peserta didik beserta
pencapaian belajar seperti apayang diharapkan ketika mereka mempelajari suatu bahan
pelajaran. Pencapaian belajar murid
diukur melalui asesmen. Guru perlu sejak awal memberitahu peserta didik asesmen
seperti apayang akan dilakukan dan kriteria apa yang dipakai. Dengan melakukan ini,
guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengatur strategi pemelajaran mereka
agar bisa mendapatkan capaian pemelajaran yang mereka harapkan. Kemampuan mengelola pemelajaran secara mandiri
seperti ini adalah satu cara membentuk peserta didik menjadi pemelajar sepanjang
hayat dan merupakan tujuan utama bagi semua orang, baik guru maupun peserta didik.
Asesmen
perlu berisi keterangan-keterangan yang jelas tentang apa yang peserta didik telah
capai dan apa yang mereka belum berhasil lakukan. Peserta didik juga didorong untuk
memberi penilaian atas hasil kerja mereka sendiri dan hasil kerja teman-teman mereka.
Ini akan memajukan pemahaman peserta didik atas pemelajaran mereka dan memberi mereka
kesempatan untuk menganalisis secara kritis upaya mereka. Selanjutnya, guru memberikan masukan tentang apa
yang perlu peserta didik lakukan untuk terus meningkatkan hasil belaja rmereka.
Selain itu, guru mengajak peserta didik beserta orang tua atau wali mereka untuk
berdiskusi tentang tujuan-tujuan pembelajaran mereka dan strategi-strategi yang
bisa dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dalam melakukan ini, guru
berupaya mengembangkan rasa positif atas jati diri peserta didik. Dengan demikian, peserta didik merasa termotivasi
dan percaya diri untuk terus maju dan juga merasa terus tertantang dalam proses
pemelajaran mereka. Ini juga akan membuat mereka semakin menggemari belajar.
•
Peserta didik merasakan ownership (kepemilikan)
terhadap proses belajar, dan guru sebagai pendorong dan fasilitator
Peserta
didik merasakan manfaat yang besar ketika guru bertindak sebagai fasilitator yang
membuat proses pembelajaran menjadi mudah. Sebagai fasilitator, guru hadir untuk
menyediakan sumber belajar, memantau perkembangan peserta didik, mendorong mereka
untuk menyelesaikan permasalahan terkait pelajaran, dan memberikan dukungan dan
saran ketika diperlukan.
Guru
juga menerapkan pembelajaran kooperatif di kelas, di mana peserta didik saling bekerja
sama dalam menyelesaikan permasalahan. Guru menekankan bahwa sesama teman bahkan
siapa saja bisa menjadi guru bagi kita dan di mana saja adalah kelas. Dengan kata
lain, peserta didik didorong untuk memandang siapa saja di mana pun sebagai seseorang
yang mampu memberikan pelajaran hidup kepada mereka.
3.
Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta
didik secara holistik.
Pembelajaran
yang baik tidak terus menerus berfokus pada perkembangan kognitif peserta didik.
Dengan menjadi fasilitator dan memberikan bimbingan kepada peserta didik, guru
juga menumbuh-kembangkan kemampuan non kognitif mereka seperti motivasi dan afeksi.
•
Menerapkan nilai-nilai yang sesuai untuk mengembangkan
karakter dan kompetensi yang terkandung dalam Profil Pelajar Pancasila
Pembelajaran
juga mempertimbangkan perkembangan karakter dan kompetensi peserta didik seperti
yang termaktub dalam Profil Pelajar Pancasila. Karakter dan kompetensi tersebut
adalah (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia,
(2) berkebhinekaan global, (3) bergotong-royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis,
dan(6) kreatif.
•
Sequence pembelajaran yang logis dan relevan
dengan tingkat kesulitan yang sesuai untuk peserta didik
Bahan
pelajaran beserta kegiatan-kegiatan pembelajaran tidak ada yang terlalu gampang
dan tidak ada yang terlalu susah untuk peserta didik.
•
Proses di mana guru memberikan keteladanan
(ingngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangu nkarso), dan
mengembangkan kreativitas pesertadidik (tut wurihandayani). Guru menjad iteladan bagi peserta didik (ing
ngarsosung tulodo), membangun kemauan mereka (ing madyo mangun karso),
memberikan dukungan kepada mereka agar mereka bisa mengembangkan kreativitas
mereka (tut wuri handayani).
•
Menstimulasi kemampuan berpikir tahap tinggi
4.
Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks,
lingkungan dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan masyarakat
sebagai mitra.
•
Berpusat pada anak, di mana kehidupan dan latar
belakang keluarga peserta didik menjadi pertimbangan guru dalam merancang pembelajaran dan
asesmen.
•
Menguatkan identitas anak sebagai bagian dari
lingkungannya
•
Keselarasan antara pembelajaran yang
berlangsung di sekolah, rumah, dan di lingkungan masyarakat
•
Mengembangkan kemampuan untuk hidup bermasyarakat
•
Peka, menghargai, dan responsif terhadap
perbedaan setiap individu peserta didik dan latar belakang sosial ekonomi
budaya mereka
•
Lingkungan belajar dengan iklim yang positif untuk
semua peserta didik, sehingga setiap individu merasa aman untuk berada di
lingkungan belajar
•
Pembelajaran yang lepas dari diskriminasi
SARA, tidak meninggalkan pelajar manapun serta memberikan pengembangan ruang
untuk identitas, kemampuan, minat,
bakat, serta kebutuhan pelajar
•
Pembelajaran mencerminkan dan merespon
keragaman budaya Indonesia dan menjadikannya sebagai kekuatan untuk
merefleksikan pengalaman kebhinekaan serta menghargai nilai dan budaya bangsa.
•
Proses belajar yang sinergi antara sekolah
dan di rumah, termasuk penerapan bentuk disiplin positif yang konsisten,
dilandasi kesadaran bersama bahwa keberhasilan pendidikan tidak cukup
mengandalkan peran sekolah atau keluarga saja, tetapi perlu keduanya
•
Terbangunnya saling percaya antara pihak guru
dan orang tua bahwa kedua pihak berupaya semaksimal mungkin untuk memastikan
peserta didik dapa tbelajar dengan optimal
•
Orang tua dilibatkan dalam proses belajar,
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan belajar peserta didik
•
Sebagai mitra, posisi orang tua dan masyarakat
dalam pendidikan anak relatif setara dengan guru. Dengan kata lain, orang tua dan
masyarakat dilibatkan dalam proses-proses pengambilan keputusan terkait pembelajaran
dan asesmen
•
Kepala Sekolah dan guru peka pada latar
belakang sosial ekonomi orang tua/wali, sehingga pelibatan orang tua disesuaikan
kemampuan mereka
•
Pihak sekolah bersedia untuk membantu orang tua
yang membutuhkan dukungan dalam mendampingi anak belajar
5.
Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
•
Pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk
mengeksplorasi isu dan kebutuhan masa depan (kebutuhan dirinya, lingkungannya,
dan dunia yang lebih baik)
Prinsip
pembelajaran ini menerapkan pendekatan yang bertujuan memperlengkapi peserta didik,
sekolah, dan masyarakat dengan nilai-nila dan motivasi untuk mengambil tindakan
nyata dalam menjaga keberlangsungan kehidupan baik sekarang maupun sampai masa
depan. Pembelajaran berlandaskan prinsip ini memperkenalkan kepada peserta didik
isu-isu yang mengancam pembangunan dan masa depan yang berkelanjutan seperti pemborosan
energi, polusi, pelanggaran hak-hak asasi manusia, dan sebagainya
•
Membangun wawasan tentang pembangunan berkelanjutan
di mana peserta didik peka akan masalah-masalah global dan belajar untuk membudayakan
gaya hidup yang berkelanjutan (sustainable lifestyle)
Guru
kemudian membangun wawasan peserta didik tentang isu-isu ini dalam tingkat global
dan menumbuh-kembangkan rasa peka mereka terhadap masalah-masalah ini dan kesadaran
akan kebutuhan diri sendiri, lingkungan, dan dunia yang lebih baik.
•
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan asesmen
•
Mendorong atau memotivasi peserta didik untuk
terus terinspirasi dan memiliki aspirasi memajukan kehidupan lingkungan
sekitarnya, masyarakat, bangsa, dan dunia.
Sedangkan Prinsip Asesmen pada
kurikulum Merdeka yang mengedepan konsep merdeka belajar adalah:
1.
Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi
pembelajaran, dan menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan balik untuk
guru, peserta didik, dan orang tua, agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi
pembelajaran selanjutnya.
Hasil
asesmen digunakan untuk kepentingan belajar peserta didik, di mana guru merancang
pembelajaran berdasarkan hasil asesmen. Asesmen dikembangkan sejak awal perencanaan pembelajaran,
sehingga kegiatan asesmen terintegrasi dan berkaitan erat dengan pembelajaran. Rangkaian
antara asesmen-perencanaan pembelajaran-kegiatan belajar adalah suatu siklus yang
berkelanjutan. Keterkaitan antara tujuan
pembelajaran dengan asesmen yang dirancang. Termasuk dengan kriteria penilaian hasil belajar
siswa. Asesmen yang targeted, tidak menyasar kemana-mana dan sesuai kebutuhan belajar.
Dengan demikian, asesmen memberikan pengaruh pada apa dan bagaimana peserta didik
belajar, dan juga sebaliknya.
2.
Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan
keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif
mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai
contoh, asesmen dapat digunakan untuk mendorong proses belajar (asesmen formatif); untuk menjadi
bagian dari pembelajaran (yakni mengembangkan kemampuan meta kognitif dan refleksi
diri peserta didik); untuk menilai hasil belajar dan mengambil keputusan di
akhir suatu tahapan (asesmen sumatif); dan untuk menentukan kebutuhan belajar dan
membentuk program pembelajaran individual peserta didik(asesmen diagnosis). Asesmen dirancang mengacu pada CapaianPembelajaran.
3.
Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya
(reliable) untuk menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang
langkah selanjutnya.
Asesmen
yang berkeadilan, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya,
adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Asesmen memiliki validitas yang
tinggi sehingga informasi yang dihasilkan terpercaya Reliabel, dapat diperbandingkan
hasilnya karena konsisten Adil dan
objektif dalam artian menggunakan kriteria dan prosedur yang logis, sistematis,
danjelas, dengan pengaruh subjektivitas penilai yang rendah
4.
Asesmen sebaiknya meliputi berbagai bentuk tugas, instrumen, dan teknik yang
sesuai dengan alur tujuan pembelajaran yang ditargetkan.
5.
Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan
informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan
kompetensi yang dicapai serta strategi tindak lanjutnya.
Hasil
asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang
tua sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Hasil penilaian
memberikan makna yang relatif sama untuk semua mata pelajaran (misalnya nilai 100
bermakna sama antara satu mata pelajaran denga nmata pelajaran lainnya)
Demikian info singkat
tentang Prinsip Pembelajaran dan Prinsip
Asesmen Pada Kurikulum Merdeka, semoga ada manfaatnya
No comments
Post a Comment