Sebagaimana diketahui Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan 1 Zulhijah 1444 Hijriyah jatuh pada Selasa, 20 Juni 2023. Dengan ditetapkannya awal Zulhijah ini, maka Hari Raya Iduladha 1444 H jatuh pada Kamis, 29 Juni 2023. Keputusan tersebut diambil melalui sidang Isbat (Penetapan) Awal Zulhijah, di Jakarta pada Minggu 18 Juni 023.
Menurut Wamenag, sidang
menyepakati keputusan tersebut karena dua hal. Pertama, kita telah mendengar
laporan Direktur Urusan Agama Islam (Urais) bahwa ketinggian hilal di seluruh
Indonesia sudah berada di atas ufuk, namun masih berada di bawah kriteria
imkanur rukyat yang ditetapkan MABIMS. Kedua, Kemenag telah melaksanakan
pemantauan atau rukyatul hilal pada 99 titik di Indonesia. Dari 34 provinsi
yang telah kita tempatkan pemantau hilal, tidak ada satu pun dari mereka yang
menyaksikan hilal.
Mengapa
Hari Raya Idul Adha identik dengan Kurban? Karena Hari Raya
Idul Adha berkaitan dengan kisah teladan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Kedua
Nabi tersebut adalah termasuk dalam dua puluh lima Nabi yang wajib diketahui
oleh segenap umat Islam. Hari Idul Adha adalah peringatan akan peristiwa
kurban, yakni ketika Nabi Ibrahim bersedia untuk mengorbankan puteranya, Nabi
Ismail. Hal tersebut dilakukan oleh Beliau sebagai bentuk kepatuhannya terhadap
perintah Allah SWT.
Diceritakan pada kala itu,
Nabi Ibrahim yang sudah berusia lanjut (terdapat suatu riwayat yang menyatakan
bahwa usia Beliau mencapai 85 tahun) bersama istrinya, Siti Hajar, belum
dikaruniai seorang anak. Nabi Ibrahim sangat menginginkan kehadiran seorang
putra laki-laki supaya kelak dapat meneruskan perjuangannya dalam menegakkan
ajaran Allah SWT di muka bumi ini.
Setiap hari, Nabi Ibrahim
berdoa kepada Allah SWT supaya segera diberikan keturunan. Saking tekunnya
Beliau dalam berdoa, doanya tersebut diabadikan dalam Al-Quran, yaitu pada
surah Ash-Shaffat ayat 100.
Nah, melalui doa-doa
tersebut akhirnya Allah SWT mewujudkan keinginan Nabi Ibrahim melalui istri
keduanya, yaitu Siti Hajar. Perlu diketahui bahwa Nabi Ibrahim menikahi Siti
Hajar tepat setelah Beliau melakukan kunjungan ke wilayah Mesir.
Selanjutnya, Nabi Ibrahim
pun membawa Siti Hajar ke Mekah untuk tinggal di sana. Keduanya melangsungkan
pernikahan dan beberapa saat setelah itu, Siti Hajar mengandung hingga lahirlah
seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismail.
Sayangnya, kebersamaan Nabi
Ibrahim dengan anak dan istrinya tidak dapat dirasakan dalam waktu yang lama.
Sebab, Allah SWT memerintahkan Beliau untuk segera kembali ke istri pertamanya,
yakni Siti Sarah di kota Yerusalem. Namun meskipun begitu, Nabi Ibrahim dan
Siti Hajar tetap ikhlas dan tawakkal dalam menerima perintah-Nya.
Nabi Ibrahim tentu saja
sangat berat hati dan sedih karena harus meninggalkan Siti Hajar dan Ismail
yang kala itu masih menyusui di daerah Mekkah. Beliau tidak langsung
meninggalkan mereka begitu saja, tetapi Beliau melakukan persiapan dengan
membekali istri dan anaknya dengan beberapa potong roti dan sebuah air di guci
untuk diminum. Selama ditinggal oleh suaminya, Siti Hajar mengalami banyak
sekali cobaan, salah satunya adalah kesulitan dalam menemukan sumber air minum
yang layak untuk anaknya. Bahkan, pencariannya akan sumber air minum tersebut
dilakukannya dengan cara berjalan cepat sebanyak tujuh kali, dari Shafa ke
Marwah.
Peristiwa akan pencarian
sumber mata air itulah yang kemudian diabadikan dalam proses ibadah Sa’i yang
menjadi salah satu rukun ibadah Haji, yakni dengan lari-lari kecil dari Shafa
ke Marwah. Perlu kamu ketahui bahwa sumber mata air yang ditemukan oleh Siti
Hajar tersebut menjadi sumber air abadi yang kemudian dinamakan sebagai
Zam-zam.
Setelah beberapa tahun
kemudian, akhirnya Nabi Ibrahim kembali lagi ke Mekah untuk menemui Siti Hajar
dan Ismail. Nabi Ibrahim tentu saja bahagia, apalagi Ismail sudah tumbuh
menjadi anak yang sehat. Namun, belum lama menikmati pertemuannya dengan
keluarga tercintanya, Allah SWT memberikan ujian lagi kepada Nabi Ibrahim.
Pada saat itu, dengan
melalui mimpi, Allah SWT memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim untuk
menyembelih puteranya, Ismail. Hal tersebut tentu saja membuat Nabi Ibrahim
bimbang, karena itu merupakan perintah langsung dari Allah SWT, tetapi di sisi
lain, Beliau juga sangat menyayangi anaknya tersebut. Dengan sekuat hati,
akhirnya Nabi Ibrahim memberanikan diri untuk mengajak bicara Ismail bahwa
dirinya harus menyembelih anaknya tersebut.
Jawaban Ismail membuat Nabi
Ibrahim kaget, sebab puteranya ternyata bersedia untuk dijadikan kurban
sebagaimana perintah dari Allah SWT. Akhirnya, waktu untuk menyembelih Ismail
pun datang. Awalnya Nabi Ibrahim sangat ragu untuk mengarahkan pisau kepada
anaknya. Kemudian, Ismail berkata “Wahai Ayahku! Laksanakanlah apa yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT kepadamu. Engkau akan menemuiku insyaAllah sebagai
seorang yang sabar dan patuh kepada perintah Allah SWT…”
Hal tersebut membuat Nabi
Ibrahim bersedih sekaligus bersyukur, dan seraya berkata “Bahagialah aku
mempunyai seorang putra yang taat kepada Allah SWT, bakti kepada kedua orang
tua dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah SWT…”
Kemudian, ketika prosesi
penyembelihan tiba, diikatkanlah kedua tangan dan kaki Ismail di atas lantai.
Lalu Nabi Ibrahim dengan memejamkan matanya, memegang pisau (parang)nya ke arah
leher Nabi Ismail dan penyembelihan pun dilakukan. Namun, Allah SWT langsung
mengganti posisi Nabi Ismail tersebut dengan domba yang diturunkan dari langit.
Sebagaimana diterangkan dalam Al-Quran yakni pada QS As-Shaffat ayat 107-110.
Nah, melalui peristiwa
penyembelihan Nabi Ismail yang kemudian digantikan menjadi hewan domba oleh
Allah SWT inilah yang menjadikan sejarah dari Hari Raya Idul Adha. Tak hanya
itu, melalui peristiwa hidup yang dialami oleh Nabi Ibrahim beserta keluarganya
juga menjadikan lahirnya Kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Muslim di
seluruh dunia beserta dengan keberadaan air Zam-zam yang tidak pernah kering
sejak ribuan tahun silam.
Tips mengelola dading
kurban: Hindari Bungkus Daging Kurban
dengan Plastik Hitam. Mengapa? Hal ini karena pada umumnya kantong plastik
merupakan hasil daur ulang. Bahan daur ulang pembuatan kantong plastik hitam
tidak jelas dari limbah atau apa sehingga kebersihan dan keamanannya tidak
terjamin.
Kandungan zat yang terdapat
pada kantong plastik hitam adalah logam berat seperti timbal (Pb) yang sangat
berbahaya bagi kesehatan. Timbal ini dapat dengan mudah berpindah ke makanan,
terlebih jika makanan dalam keadaan panas.
Khususnya untuk makanan
panas termasuk juga daging dianjurkan tidak menggunakan kantong plastik hitam. Jika
makanan terkontaminasi timbal dikonsumsi dalam jangka panjang, dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia, bahkan dapat menimbulkan kanker.
Masyarakat lebih baik menggunakan kantong plastik yang transparan. Jika pun terpaksa
digunakan kantong plastik hitam, sebaiknya untuk bungkus luar saja. Jadi
sebelum dibungkus dengan plastik hitam, makanan dan daging dimasukkan pada
plastik transparan.
No comments
Post a Comment